Kasih : Tidak memegahkan diri dan tidak sombong

 

Tidak Memegahkan Diri dan Tidak Sombong

(1 Korintus 13:4 – “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong.”)

Sering kali manusia ingin diakui, dipuji, dan dianggap paling benar. Namun kasih sejati seperti yang diajarkan oleh Tuhan yaitu tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih tidak mencari validasi diri dengan merendahkan orang lain. Ia hadir dengan rendah hati, menghargai, dan membangun.

Yesus sendiri menjadi teladan kasih yang tidak sombong. Meski Ia adalah Tuhan, Ia datang dalam kerendahan dan  membasuh kaki murid-murid-Nya, melayani orang-orang yang terpinggirkan, dan menyerahkan diri-Nya untuk menebus dunia.

"Kasih sejati tidak menuntut tempat pertama, tapi memilih untuk mengangkat orang lain lebih tinggi."

🔬 Penjelasan Ilmiah (Sains)

Penelitian dalam bidang psikologi sosial dan neurosains afektif menemukan bahwa:

1. Orang yang rendah hati dan tidak narsistik cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih sehat, tingkat empati yang lebih tinggi, dan kesehatan mental yang lebih stabil.

2. Dalam studi dari University of California, perilaku rendah hati dan tidak egois menstimulasi area otak yang berhubungan dengan kepuasan sosial dan kedamaian batin.

Selain itu, orang yang menunjukkan kasih tanpa pamrih mengalami peningkatan hormon oksitosin — yang memperkuat koneksi sosial, memperbaiki suasana hati, dan menurunkan stres.

Dengan kata lain, kasih yang rendah hati bukan hanya memperbaiki relasi, tapi juga menyehatkan otak dan jiwa kita.


Penulis 

Dorlin S Naklui


📚 Sumber Pustaka & Penelitian

Exline, J. J., & Hill, P. C. (2012). Humility: The Quiet Virtue.

Rowatt, W. C., et al. (2006). “Humility as a unique predictor of relationship quality.” Journal of Positive Psychology.

Decety, J. & Jackson, P. (2006). “The Functional Architecture of Human Empathy.” Neuropsychologia.

“The Science of Generosity.” University of Notre Dame.

Comments