Sobat Kristus, apa kabar?
Semoga damai dan sukacita dari Tuhan Yesus selalu menyertai langkahmu hari ini. Pernahkah kamu bertanya, "Mengapa kita harus berdoa?"
Bagi kita yang percaya, doa adalah nafas hidup rohani—tanpa doa, iman kita bisa lemah dan kering. Doa bukan hanya rutinitas, tapi alat komunikasi langsung antara kita dan Allah, Sang Pencipta yang rindu mendengar isi hati kita.
Dalam Efesus 6:18, Firman Tuhan menasihatkan:
> "Dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk semua orang kudus."
Ini menegaskan bahwa berdoa setiap waktu adalah bagian dari kehidupan orang percaya. Namun sayangnya, banyak dari kita baru datang kepada Tuhan saat mengalami masalah atau kesulitan. Padahal, Tuhan ingin kita menjalin hubungan yang konstan, bukan situasional.
๐งก Hubungan, Bukan Sekadar Permintaan
Bayangkan jika seseorang hanya datang kepadamu saat mereka butuh sesuatu. Pasti terasa tidak tulus, bukan?
Begitu juga dengan Tuhan. Ia adalah Bapa, bukan mesin pengabul permintaan. Ia rindu kita datang bukan hanya saat butuh, tapi juga saat bersyukur, bersukacita, dan bahkan saat tak tahu harus berkata apa.
๐ Teladan dari Yesus dan Tokoh Alkitab
Yesus sendiri memberikan teladan yang luar biasa dalam hal doa:
Markus 1:35: “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.”
Lukas 6:12: Yesus berdoa semalam-malaman kepada Allah sebelum memilih murid-murid-Nya.
Matius 14:23: Yesus naik ke bukit untuk berdoa seorang diri. Bukan hanya Yesus. Kita juga belajar dari Daniel, yang berdoa tiga kali sehari (Daniel 6:11). Karena konsistensi doanya, Daniel diselamatkan dari gua singa. Doanya bukan sekadar ritual, tapi menjadi kekuatan rohani yang nyata.
๐ง Doa Menurut Penelitian & Psikologi
Dari sisi sains, penelitian dari Harvard Medical School menyatakan bahwa doa dan praktik spiritual secara teratur dapat menurunkan tingkat stres, meningkatkan ketenangan batin, dan memperbaiki kesehatan mental.
Dalam psikologi, komunikasi yang jujur dalam doa memberi perasaan melepaskan beban emosional, meningkatkan harapan, dan memperkuat kepercayaan diri—karena kita menyadari kita tidak sendirian.
๐ฅ Kuasa Dalam Doa
Sobat Kristus, ketika kamu berdoa, kamu sedang menarik kuasa Allah bekerja dalam hidupmu.
Doa bukan tentang panjangnya kata-kata, tapi ketulusan hati dan kesadaran bahwa kita butuh Allah setiap waktu. Bahkan Yesus, yang adalah Allah sendiri, tetap berdoa setiap saat karena menyadari pentingnya kuasa Allah dalam perjalanan-Nya di dunia.
๐ Mari Bangun Hidup Doa Kita
Jangan tunggu masalah datang baru kita berdoa. Mari kita mulai hari ini dengan kesadaran baru bahwa:
- Doa adalah hubungan, bukan kewajiban.
- Doa adalah kekuatan, bukan pengganti usaha.
- Doa adalah wujud iman, bukan pelarian dari masalah.
Kiranya Tuhan Yesus memberkati dan menuntun setiap langkah doamu.
๐️ Ditulis oleh:
Dorlin S. Naklui
Sumber :
Rosmarin, D. H. (2013). Religious coping associated with better psychiatric treatment outcomes. Harvard Medical School. Diakses dari: https://hms.harvard.edu/news/religious-coping-associated-better-psychiatric-treatment-outcomes
Comments
Post a Comment